BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk
menggali hukum terutama hukum syariah, tidak terlepas dari pembahasan
kebahasaan karena hampir delapan puluh persen penggalian hukum syari’ah
menyangkut lafazh. Sebenarnya, lafazh-lafazh yang menunjukkan hukum harus jelas
dan tegas supaya tidak membingungkan para pelaku hukum. Namun dalam
kenyataannya, petunjuk (dilalah)lafazh-lafazh yang terdapat dalam nash
syara’ itu beraneka ragam. Bahkan, ada yang kurang jelas (khafa).
Diantara dari lafazh-lafazh
tersebut adalah lafazh ‘am, dan khas, yang akan dibahas pada
pembahasan selanjutnya. Lafazh 'am ini adalah menurut kepada bentuk dari
suatu lafazh, di dalam lafazh itu tersimpul, atau masuk semua jenis yang sesuai
dengan lafazh itu. sebagaimana kita katakan al insan (manusia), maka di
dalam kata-kata al insan ini termasuk semua manusia yang ada di dunia
ini, baik manusia kecil maupun manusia besar, baik dia merdeka maupun dia masuk
golongan budak, baik dia bebas maupun dia terikat.
Adakalanya lafazh umum itu
ditentukan dengan lafazh yang telah disediakan untuk itu, seperti lafazh “kullu,
jami’u”, dll. Di samping lafazh umum, terdapat pula suatu lafazh yang
menunjukkan kepada khusus. lafazh khusus ini adakalanya dipergunakan untuk
seorang atau barang atau hal tertentu, seperti Abdullah, atau seperti radio
dll. Berarti lafazh khas ini bisa dikatakan sebagai lafazh yang tidak meliputi
mengatakannya sekaligus terhadap dua sesuatu atau beberapa hal tanpa
menghendaki kepada batasan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa definisi dari ‘am dan khas ?
2. Apa jenis-jenis ‘am dan khas ?
3. Bagaimana contoh ‘am dan khas ?
2. Apa jenis-jenis ‘am dan khas ?
3. Bagaimana contoh ‘am dan khas ?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan utama dari penyusunan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ushul fiqh II
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian ‘Am
‘Am
menurut bahasa ialah ‘merata, yang umum’ sedang menurut istilah ialah lafal
yang meliputi pengertian umum terhadap semua apa yang termasuk dalam pengertian
lafal itu, dengan hanya disebut sekaligus.[1] Lafazh ‘Am ialah suatu lafazh yang
menunjukkan satu makna yang mencakup seluruh satuan yang tidak terbatas dalam
jumlah tertentu. Para ulama Ushul Fiqh memberi definisi ‘am antara lain
sebagai berikut:[2]
Menurut ulama Hanafiyah lafazh ‘am ialah setiap lafazh yang mencakup banyak, baik secara lafazh maupun makna. Menurut ulama Syafi’iyah, diantaranya Al-Ghazali menyebutkan bahwa lafazh ‘am ialah satu lafazh yang dari satu segi menunjukkan dua makna atau lebih.
Menurut ulama Hanafiyah lafazh ‘am ialah setiap lafazh yang mencakup banyak, baik secara lafazh maupun makna. Menurut ulama Syafi’iyah, diantaranya Al-Ghazali menyebutkan bahwa lafazh ‘am ialah satu lafazh yang dari satu segi menunjukkan dua makna atau lebih.
1. Pembagian ‘Am
‘ Am terbagi atas tiga macam[3]:
a. ‘Am yang tetap dalam keumumannya (al-‘am al-baqi ‘ala ‘umumih).
Qadi Jalaluddin al-Balqini mengatakan, ‘ am seperti ini jarang ditemukan, sebab tidak ada satu pun lafaz ‘am kecuali di dalamnya terdapat takhsish (pengkhususan). Tetapi Zarkasyi dalam al-burhan mengemukakan, ‘am demikian banyak terdapat dalam al-Quran.
b. ‘am yang dimaksud khusus (al-‘am al-murad bihi al-khusus)
Contohnya:
(QS.Ali Imran: 3(9 الْمِحْرَاب فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ و هُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي
Yang memanggil zakaria di sini adalah jibril sebagaimana terlihat dalam qira’ah ibn mas’ud
c. ‘am yang dikhususkan (al-‘am al-makhsus)
‘am macam ini banyak ditemukan dalam al-quran seperti:
‘ Am terbagi atas tiga macam[3]:
a. ‘Am yang tetap dalam keumumannya (al-‘am al-baqi ‘ala ‘umumih).
Qadi Jalaluddin al-Balqini mengatakan, ‘ am seperti ini jarang ditemukan, sebab tidak ada satu pun lafaz ‘am kecuali di dalamnya terdapat takhsish (pengkhususan). Tetapi Zarkasyi dalam al-burhan mengemukakan, ‘am demikian banyak terdapat dalam al-Quran.
b. ‘am yang dimaksud khusus (al-‘am al-murad bihi al-khusus)
Contohnya:
(QS.Ali Imran: 3(9 الْمِحْرَاب فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ و هُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي
Yang memanggil zakaria di sini adalah jibril sebagaimana terlihat dalam qira’ah ibn mas’ud
c. ‘am yang dikhususkan (al-‘am al-makhsus)
‘am macam ini banyak ditemukan dalam al-quran seperti:
(QS.Ali Imran: 97) وَلِلَّه على الناس حج البيت من إستطاع إليه سبيلا
2. Macam-macam lafal ‘Am
a. lafal kullun, jami’un, kaaffah, ma’asyar
(artinya seluruhnya). Masing-masing lafal tersebut meliputi segala yang menjadi mudhaf
ilaihi dari lafal-lafal itu. Contohnya:
1.) Kullun
كل نفس ذائقة الموت
“Tiap-tiap (seluruh) yang berjiwa akan merasakan mati.”(Q.S.Ali Imran [3]: 185)
2.)
Jami’un
هو الذي خلق لكم ما في الأرض جميعا
هو الذي خلق لكم ما في الأرض جميعا
“Dialah Allah yang menjadikan
bagimu apa-apa yang ada dibumi, semuanya.” (Q.S.al Baqarah [2]: 29)
3.)
Kaaffah
و ما أرسلناك إلآ كافة للناس
و ما أرسلناك إلآ كافة للناس
“Dan kami tidak mengutusmu melainkan kepada
seluruh manusia.” (QS. Saba’ [34] : 28)
4.)
Ma’syar
يا معشر الجن والإنس ألم يأتكم رسل منكم
يا معشر الجن والإنس ألم يأتكم رسل منكم
“Hai sekalian jin dan manusia ! Apakah tidak
pernah datang kepadamu rasul-rasul dari golongan-mu?” (QS. Al-An’am [6] : 130)
b.
Isim Istifham ialah man (siapa), ma (apa), aina
(dimana), ayyun (siapakah), dan mata (kapan).
Contohnya:
1.)
Man (siapa)
من ذا الذي يقرض الله قرضا حسنا
من ذا الذي يقرض الله قرضا حسنا
“Siapakah yang mau berpiutang
kepada Allah dengan piutang yang baik?” (QS. Al-Baqarah [2] : 245)
2.) Ma (apa)
ما سلككم في سقر
2.) Ma (apa)
ما سلككم في سقر
“Apa sebab kamu masuk neraka?”
(QS. Al-Mudatsir [74] : 42)
3.)
Ayyun (siapakah)
قال يا أيها الملؤا أيكم يأتيني بعرشها قبل أن يأتوني مسلمين
قال يا أيها الملؤا أيكم يأتيني بعرشها قبل أن يأتوني مسلمين
ia berkata “Siapakah diantara kamu yang bisa
membawa singgasana kerajaannya (Bilqis) ke hadapanku sebelum mereka datang
berserah diri.” (QS. An-Naml [27] : 38)
4.)
Mata (kapan)
متى نصر الله ألآ إن نصر الله قريب
متى نصر الله ألآ إن نصر الله قريب
“Kapan datangnya pertongan Allah?
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.” (QS. Al-Baqarah [2]
: 214)
5.)
Aina (dimana)
أ ين مسكنك
“Dimanakah tempat tinggalmu?”
c. Isim
syarat, seperti man (barang siapa), ma (apa saja), dan ayyun
(yang mana saja)
Contohnya:
1.) Man
(barang siapa)
من يعمل سوءًا يجز به
من يعمل سوءًا يجز به
Barang
siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan karena kejahatan
itu.” (QS. An-Nisa’ [4] : 123)
2.) Ma (apa saja)
و ما تنفقوا من خير يوف إليكم و أنتم لا تظلمون
و ما تنفقوا من خير يوف إليكم و أنتم لا تظلمون
“Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan di jalan Allah,
niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup dan sedikitpun kamu tidak akan
dianiya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 272)
3.) Ayyun
(mana saja) ; ayyuma (siapa saja)
اياما تدعوا فله الأسماء الحسنى
اياما تدعوا فله الأسماء الحسنى
“Dengan apa saja kamu seru Dia, maka ia
mempunyai nama-nama yang baik.” (QS. Al-Isra’ [17] : 110)
d.
Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam (al)
atau idhafah:
1.) Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam (al)
و أحل الله البيع و حرم الربى
1.) Isim Mufrad yang makrifat dengan alif lam (al)
و أحل الله البيع و حرم الربى
“Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengaharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah [2] : 275)
2.) Isim Mufrad yang makrifat dengan idhafah
السارق والسارقة فقطعوا أيديهما
2.) Isim Mufrad yang makrifat dengan idhafah
السارق والسارقة فقطعوا أيديهما
“Pencuri laki-laki dan pencuri perempuan
hendaklah potong tangannya.”(QS. Al-Maidah [5] : 38)
e.
Jama’ yang dita’rifkan (makrifat) dengan alif lam atau dengan idhafah:
1.) Makrifat dengan alif lam (al)
إن الله يحب المستقيم
إن الله يحب المستقيم
“Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang lurus.” (QS. Al-Maidah [5] : 42)
2.) Makrifat dengan idhafah :
حرمت عليكم أمهاتكم
حرمت عليكم أمهاتكم
“Diharamkan bagimu (mengawini) ibu-ibumu.”
(QS. An-Nisa’ [4] : 23)
f. Isim
Nakirah yang terletak sesudah Nafi :
و اتقوا يوما لا تجزي نفس عن نفس شيئا
و اتقوا يوما لا تجزي نفس عن نفس شيئا
“Jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat) yang
pada hari itu, seorang pun tidak dapat membela orang lain walau sedikit pun.”
(QS. Al-Baqarah [2] : 48)
g. Isim
maushul (alladzi, alladziina, allatina, ma)
إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما إنما يأكلون في بطونهم نارا
إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما إنما يأكلون في بطونهم نارا
“Sesungguhnya orang-orang yang makan harta
anak yatim dengan aniaya, benar-benar orang itu makan apa pada perut mereka.”
(QS. An-Nisa’ [4] : 10)
3. Kaidah ‘Am
إ ذا ورد العام على سبب خاص فالعبرة بعموم اللفظ لا بجصوص السبب
“Apabila ‘am datang karena
sebab khash, yang dianggap adalah umumnya lafal, bukan khusunya sebab”
Karena perintah ibadah kepada seluruh hamba Allah hanya dengan lafal
yang datang dari Syar’i padahal lafal ini umum, misalnya jika menjumpai suatu
hadits Nabi Saw. yang merupakan jawaban atas sesuatu pertanyaan, tiba-tiba kita
lihat bahwa jawaban itu menggunakan perkataan (lafal) yang memberikan
pengertian umum pula, maka tidak usah kita kembalikan kepada sebab timbulnya
hadits tersebut. Dalam hal ini kita mengambil kesimpulan hukum dari hadits
tersebut.
Contoh :
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw
:
فإن توضأنا به عطشنا أفنتوضأ بماءالبحر’ فقال ص م ل هوالطهورماءوه والحل ميتته
“Hai Rasulullah! Bahwasanya kita ini sedang
mengarungi lautan, sedangkan bekal air hanya sedikit. Kalau berwudhu dengan air
ini, tentu kita akan kehabisan air, apakah kita boleh berwudhu dengan air laut?
Nabi saw. lalu bersabda: “Laut itu airnya suci dan bangkai binatangnya halal
(dimakan).”
Jawaban
itu seolah-olah diberikan karena terpaksa (darurat), hingga andaikata tidak ada
keadaan yang serupa maka hukum air laut dan bangkai binatangnya tidak demikian.
Akan tetapi, sesuai dengan kaidah di atas, maka pengertian jawaban Nabi saw.
itu menunjukkan yang ‘am. Hukum itu berlaku, baik dalam keadaan memaksa ataupun
tidak, meskipun timbulnya karena ada sebab yang khas, tetapi memberikan
pengertian yang umum[4].
B. Pengertian khas
Khas adalah suatu lafazh yang dipasangkan pada satu arti yang sudah diketahui (ma’lum) dan manunggal. Sedangkan menurut Al-Bazdawi,
UNTUK MAKALAH LENGKAPNYA DALAM FORMAT MICROSOFT WORLD SILAHKAN DOWNLOAD DISINI
EmoticonEmoticon